Selasa, 24 Mei 2011

Seputar Dunia 'Cuap-cuap'


TAKUT acara ulang tahun ke-5 putri sulungnya, Raysa Devi Shanti, tidak meriah, pasangan muda Dianing Ika Wahyu-Yudhastowo minta jasa layanan Master of Ceremony atau MC. Pesta ulang tahun itu diselenggarakan di rumah. Selain mengundang teman-teman sekolah Taman Kanak-kanak, diundang pula para tetangga sebaya dan famili. Pesta si kecil itupun dihadiri sekitar 75-an tamu.
”Ternyata MC memang menjadi kunci sukses acara. Pesta ulang tahun Raysa sangat meriah,” kata Dianing. Dengan MC yang cocok, yang senang tak hanya anak-anak. Tetapi juga para orangtua yang mengantar. Sejak awal, Dianing sudah memperkirakan, acara ultah anak-anak, otomatis harus memperhitungkan para pengantar. Menurut pengalaman karyawati bank swasta ini pula, MC yang pas akan menutupi kekurangan yang ada. Misalnya, soal hidangan boleh sederhana saja. Tetapi dengan guiding dari MC, acara menjadi semarak.


Menurut Dianing, kemeriahan acara jauh lebih penting ketimbang makanan enak melimpah, tetapi acara berlangsung sepi. Dia mengaku tak salah menerima saran teman untuk minta layanan MC yang sekaligus semi event organizer untuk jaminan gengsi acara akan terselenggara maksimal. Sehingga tak hanya tata acara, namun juga menangani dekorasi ruang pesta. Sedang untuk hidangan, dia percaya pada katering langganan kantornya.

Bagi orangtua yang bekerja di luar rumah seperti Dianing-Yudhastowo, meminta jasa MC sangat menolong kelancaran acara yang direncanakan. ”Kami tak mungkin menangani sendiri. Sementara, juga tak enak kalau harus merepotkan tetangga atau famili,” ujar Yudhastowo. Semua menunjukkan pergeseran gaya hidup. Dari saling bantu-membantu antartetangga, menjadi profesional.
 
Pemakaian jasa MC, juga telah merambah acara dukacita atau pemakaman. Disamping acara keagamaan, MC khusus pelayatan profesional pun kini mulai dicari dan dibutuhkan. Keluarga Eddy Yuniarso, misalnya. Ketika ayahandanya wafat, dia memakai jasa MC khusus menghantar upacara pelepasan jenazah. ”Kami tak mau spekulasi dengan MC yang bukan profesional, karena kami ingin menghormati para pelayat yang sebagian besar dari kolega almarhum ayah,” kata Eddy.
***

SUKSES tidaknya suatu acara sangat ditentukan oleh para pendukungnya. Tanpa MC yang bagus, acara tak akan berjalan mulus. Namun, benarkah menjadi seorang MC cukup bermodalkan ‘cerewet’ dan berani tampil malu saja?

Sekarang banyak sekali hajatan-hajatan keluarga, pesta pernikahan dan seremoni lainnya yang diselenggarakan. Mulai dari yang kelas kampung sampai tingkat hotel. Mulai dari syukuran khitanan sampai pesta pernikahan. Jadi, peluangnya sangat terbuka lebar bagi mereka yang menggeluti profesi ‘cuap-cuap’ tersebut.

Menurut Ninda Nindiani, saat ini banyak kesempatan bagi mereka yang memiliki bakat di bidang MC untuk belajar mengembangkan diri. Bagi pemula memang terkadang ada keraguan saat harus berbicara di depan orang banyak. Namun, kalau rasa takut itu bisa diatasi, niscaya semuanya akan berjalan lancar.

”Saya saja sampai sekarang masih sering merasa gugup ketika tampil di panggung, terlebih lagi pada acara-acara besar. Bicara di depan banyak orang memang membutuhkan keberanian tersendiri,” ujar Ninda usai peluncuran bukunya ‘Sukses Jadi MC Profesional, Positif, Inspiratif’ di Dixie Easy Dining yang di gagas Penerbit-Percetakan Kanisius.

Lulusan Sastra Prancis Universitas Gadjah Mada ini mengatakan, sekarang bisa dikatakan sangat mudah menemukan bakat anak-anak muda yang potensial menjadi MC karena banyak kesempatan yang ditawarkan televisi, sehingga talenta mereka bisa terpantau. Kendati begitu, ia mengingatkan, dengan segala kemudahan itu, jangan sampai malah membuat mereka menjadi MC yang instan.

”Seorang MC yang baik, tentunya selalu mempersiapkan segala sesuatu sebelum acara. Hal ini penting agar kita tidak blank atau kehilangan materi. Biasanya di saat akan naik panggung, selalu saja ada masalah. Di saat-saat seperti itulah kadang mental kita di uji,” ungkapnya.

Sekarang, selain meneruskan aktivitas sebagai MC dan presenter televisi, ia menjadi dosen tamu program Public Speaking dan Teknik Presentasi di beberapa universitas. Ia juga dipercaya menjadi trainer pelatihan Public Speaking, Public Relations, Media Relations dan Pengembangan Diri untuk berbagai kalangan seperti anggota DPRD, para istri Kepala Daerah, serta karyawan BUMN di berbagai kota di Indonesia.

Lain lagi dengan pelawak Kelik Pelipur Lara yang juga sering diminta untuk ngemsi. Ia mengaku sangat ‘lemah’ dalam hal persiapan sebelum acara, dan hanya mengandalkan improvisasi. Namun, berimprovasi di tengah-tengah banyak orang bukan lah perkara yang gampang. Pasalnya, jika salah membuat improvisasi bisa-bisa membuat pihak lain tersinggung.
***

KELIK sepertinya sadar akan hal ini. Oleh karenanya, agar tidak selalu kehabisan bahan untuk berimprovisasi, ia selalu memperhatikan perkembangan terbaru lewat media. ”Saat kita melemparkan joke yang sedang menjadi topik hangat, biasanya respons dari penonton akan positif,” ucap pria yang terkenal piawai menirukan cara bicara beberapa pejabat, termasuk mantan Wapres Jusuf Kalla.

Salah satu hal yang menjadi perhatian para MC adalah untuk urusan nilai fee atau kontrak. Menurut Kelik, kadang ada pihak event organizer (EO) atau pemilik acara masih sering menganggap sebelah mata fungsi dan profesi seorang MC. Kesannya, menjadi MC itu pekerjaan yang gampang dan tidak membutuhkan persiapan atau skill khusus.

Dikatakan, kadang memang susah menolak rayuan yang mengharap iba dari klien lantaran sudah kenal sebelumnya. Maka, para MC kadang tak bisa berkutik jika sudah keluar kalimat sakti seperti ”Anggap saja ini harga pertemanan” atau ”Dananya terbatas mas..”.

Untuk itulah, lanjut pria yang mengaku pernah diminta jadi MC khitanan ini, seorang MC harus memiliki wawasan luas. Sebelum acara, cobalah selalu mencari tahu seberapa besar scope event yang diadakan, brand apa yang menjadi sponsor penyelenggaraan acara dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengalamannya, Kelik mengatakan ia acap kali menemukan EO yang tidak memiliki persiapan bagus sebelum acara. Bahkan tak jarang ia sendiri yang terkadang memastikan, apakah ada doorpize atau tidak, meskipun dalam rundown sudah tertera. ”Apabila sudah sering menghadapi situasi seperti itu, maka dengan sendirinya mental kita terasah,” sambungnya.


(Richardo DT)

Tidak ada komentar: